Ibnu Utsaimin Sang Guru Akidah (bagian-2)




Sampul buku Syarah Aqidah Ash-Shalihah.

Ibnu Utsaimin dikenal sangat cerdas dan memiliki semangat yang tinggi dalam belajar. Melihat kegigihan putranya, sang ayah pun mendukungnya untuk faqih dalam ilmu agama.

Dikirimlah syekh kepada para ulama ternama kala itu. Salah satunya, yakni Syekh Abdurrahman bin Nashir As Sadi, ahli tafsir terkenal penulis kitab Taisir al Karim Ar Rahman fi Tafsiri Kalam Al Manan.

Tak hanya tafsir, Ibnu Utsaimin juga mempelajari bahasa Arab, baik nahwu maupun sharaf. Dia juga sempat belajar di Mahad Al-Ilmi di Kota Riyadh. Di sana dia mendapat banyak pengajaran dari beberapa ulama terkenal, termasuk Syekh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi.

Dengan kecerdasannya, dia pun mendapat akselerasi dari kelas dua langsung naik ke kelas empat. Lulus dari mahad tersebut, dia melanjutkan ke Fakultas Syariah di Universitas Islam Al Imam Muhammad Ibn Suud yang dulu bernama Universitas Riyadh.

Syekh memulai dakwahnya setelah lulus universitas tahun 1374 Hijriyah. Saat gurunya Imam As Sadi wafat, dia menggantikannya menjadi imam masjid sekaligus khatib di kota kelahirannya.

Syekh juga menggantikan gurunya dalam mengajar di perpustakaan Al-Wathaniyah yang berdiri sejak 1359. Namun, semakin hari perpusatakaan tersebut tak menampung lagi para penuntut ilmu. Jumlah murid Syekh terus bertambah.

Syeikh Ibnu utsaimin amat terkenal di Arab Saudi karena menjadi salah satu guru di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Syekh mengajarkan banyak ilmu agama, tapi yang paling terkenal yakni sikap dia dalam menjunjung akidah Ahlus Sunnah.

Reporter : afriza hanifa
Redaktur : Damanhuri Zuhri

Follow On Twitter